Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Juni. Dijadikan sebagai hari libur nasional. Dimaknai dengan beragam postingan di media sosial.

Akan tetapi, apakah hal tersebut cukup? Apakah memaknai Hari Lahir Pancasila hanya sebatas melakukan postingan di media sosial? Apakah libur nasional di Hari Lahir Pancasila dilakukan dengan jalan-jalan ke luar kota saja? Atau bahkan menghabiskan waktu dan uang bulanan di pusat perbelanjaan?

Sayangnya, dalam kenyataannya memang sebagian besar seperti itu. Dimana orang lebih suka melakukan postingan di media sosial dibandingkan merayakan hari Pancasila dengan hal-hal yang bermanfaat. Dimana seharusnya diperingati dengan melakukan suatu kegiatan positif yang berdampak besar terhadap sesama. Tentu tidak salah melakukan postingan di media sosial, karena memang tidak ada yang salah atau benar disini. Akan tetapi,  sebaiknya hari Pancasila dapat dimaknai dengan sesuatu yang lebih besar, yang lebih hebat dan membanggakan. Seperti halnya Internet menyatukan Indonesia yang dapat melintasi berbagai perbedaan dalam satu ruang tak kasat mata.

Mengamalkan Pancasila di Era serba digital ini menjadi lebih mudah. Dengan adanya jejaring sosial, perbedaan yang sering kali kita lihat menjadi suatu hal yang tidak ada batasnya. Internet menyatukan Indonesia dari sabang sampai Merauke. Kita dapat melihat suatu kegiatan atau hal yang paling dicari dengan internet, Wifi Cepat yang terdapat di rumah seringkali membuat kita dapat menyaksikan beragam tayangan via media sosial.

Saya sebagai pengguna Internet rumahan IndiHome by Telkom Group merasa bahwa Internet adalah hal terpenting yang harus dimiliki. Bukan hanya sebagai bagian dari pekerjaan tapi juga sebagai tujuan untuk menyebarkan hal-hal positif yang ada di negeri Ini. Salah satunya adalah pada saat Hari Lahir Pancasila. Dengan menyebarkan berbagai hal positif di era milenial saat ini, yaitu: 

Stop Mengatur Hidup Orang Lain di Media Sosial

Kebanyakan orang menganggap bahwa dirinya yang paling hebat. Seakan-akan dia pemilik kunci surga atau merasa paling pintar, paling benar. Padahal seharusnya, perbedaan yang ada dijadikan suatu keindahan yang dapat mempersatukan dan memperlengkap kehidupan bermasyrakat. Bukannya memanfaatkan stigma yang tidak masuk akal ke ranah media sosial. Sehingga seringkali menjadi bahan kritik yang tidak membangun. Salah satu contohnya adalh setigma wanita cantik yang harus memiliki tubuh kurus, tinggi, berkulit putih dan berambut panjang hitam & lurus. Nyatanya, setiap wanita cantik dengan kepribadiannya masing-masing. Bukan hanya fisik tapi juga pemikiran dan budi pekerti. 

Karena itu, sebaiknya jangan membawa stigma di masyarakat yang belum tentu baik ke media sosial. Karena hanya menjadi hal tersebut sebagai bahan bullyan. Membuat siapa saja yang membacanya sakit hati. Melukai hati banyak orang dan menimbulkan pertengkaran. Dimana seharusnya jika hidup dengan mengamalkan pancasila kita tidak perlu membedakan setiap orang hanya karena fisik yang dimilikinya. Dan berhentilah mencampuri urusan orang lain. 

Mengkritik bukan Menghakimi

Tahu donk apa bedanya mengkritik dan menghakimi? 

Mengkritik selalu diakhiri dengan saran. Sedangkan menghakimi adalah hasil mutlak yang tidak ada penjelasan. Dan sayangnya di media sosial kedua hal tersebut seperti tidak ada bedanya. Tidak ada batas untuk melihat perbedaan antara mengkritik dan menghakimi. Media sosial saat ini seperti medan perang dimana postingan adalah benteng dan komentar adalah senjata. 

Orang lain akan dengan mudah menghakimi lewat suatu komentar. Membuat kata-kata kasar. Menulis sesuatu yang belum tentu benar adanya. Mengompori urusan orang lain dan berkata seakan-akan pemikiran dan pendapatnya adalah yang paling benar.  Padahal seharusnya jika hal tersebut salah maka gunakan bahasa halus dan membangun. Mengubah suatu pemikiran-pemikiran yang menghakimi orang lain dengan bahasa kritikan yang halus dan diakhir dengan saran yang baik

Pikirkan sebelum Upload

Pikirkan terlebih dahulu sebelum upload apapun di media sosial. Baik postingan setiap harinya ataupun komen. Karena komentar pedas sama sekali tidak mencerminkan sila ke-2 dari Pancasila. Tidak ada kemanusia yang Adil dan Beradab jika yang diupload adalah sesuatu yang dapat merusak moral masyarakat.

Sadarlah – Media Sosial Mudah di Akses Anak di Bawah Umur

Sadarkah kalian bahwa banyak anak di bawah umur mengkonsumsi media sosial. Melihat apa yang kalian posting. Membaca apa yang kalian komentari. Melihat apa yang kalian buat dan mencontoh setiap hal menarik yang ada di media sosial. Tanpa tahu hal tersebut benar atau salah. Maka karena itu, sebaiknya think before what do you do..

Pancasila harus dapat Diterapkan 

Seharusnya kita dapat menerapkan pancasila di kehidupan sehari-hari. Dengan berbagai cara. Contohnya sila pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ Maka beragama lah kamu. Lakukan setiap perintah agama yang kamu yakini dan jangan usik agama lain. Apalagi sampai menjelek-jelekan agama lain dimana seakan-akan agamamu yang paling sempurna. 

Ikutilah berbagai komunitas yang kamu sukai di media sosial. Memposting sesuatu yang positif dan bermanfaat. Ikut serta dalam kegiatan sosial. Saling menghormati dan mengasihi antar sesama. Seharusnya hal ini dapat dijalankan sehari-hari. Karena mengamalkan pancasila tidak sesulit merumuskannya waktu pertama kali.  

(Visited 37 times, 1 visits today)

RELATED ARTICLES

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *